Amfetamin ditemukan
pada akhir 1900-an, namun baru dipasarkan pada 1930-an, waktu Benzedrin dikenalkan
oleh industri farmasi untuk mengobati darah rendah. Deksedrin dikenalkan
pada 1950-an untuk menekan kelaparan dan meningkatkan suasana hati. Merek
amfetamin lain, seperti Metedrin, Deksamil dan Benzedrin,
kemudian membanjiri pasaran.
Pada 1960-an, tampaknya
semuanya ‘memakan sang putih/bennies dan doing speed’ (semuanya istilah slang
untuk memakai perangsang jenis amfetamin). Biasanya orang tersebut termasuk dua
kategori: mereka senang upper (perangsang) atau downer (depresan, seperti
heroin).
Metamfetamin (meth) dan
kokain lagi in dari akhir 1960-an hingga akhir 1980-an. Dan ada beberapa bentuk
meth dan kokain yang dikenal, misalnya, sebagai Crank, Speed, Bennies,
Rock dan Kristal.
Pada awal 1990-an, satu
bentuk metamfetamin lagi, dikenal sebagai Kristal Meth atau Ice, dan di
Indonesia sebagai sabu-sabu, sampai ke jalanan di seluruh dunia. Sabu dua
sampai tiga kali lebih manjur daripada sebagian besar amfetamin lain. Sabu membangkitkan secara dramatis ‘pasaran speed’. Sabu tahan lebih lama dan
menimbulkan giting jauh lebih baik dibanding sebagian besar bentuk
speed lain. Sabu mengambil alih sebagai narkoba pilihan untuk mereka yang
senang suasana speed. Penggunaan, dan penyalahgunaan, sabu-sabu makin meningkat
selama satu dasawarsa penuh. Sabu selalu dianggap narkoba ilegal yang
sangat berbahaya dan merusak.
Sabu populer karena
banyak alasan. Para pengguna menegaskan sabu-sabu memberikan mereka lebih
banyak tenaga dan kekuatan, membuat mereka tahan tidak tidur selama 24 hingga
48, bahkan 72 jam. Mereka menyatakan sabu-sabu memberikan pengalaman seks lebih
lama dan lebih baik, dan narkoba ini sangat populer di antara orang gay di AS.
Dikatakan sabu membantu
mereka berpikir lebih jelas, dan menjadi lebih lihai. Amfetamin dan
metamfetamin sering dipakai di ‘lingkungan medis’ untuk membantu para perempuan
menghilangkan berat badan. Dan ada mitos umum di Indonesia bahwa memakai
sabu-sabu adalah cara terbaik mengatasi kecanduan heroin. Kerap kali ini adalah
beberapa dari banyak alasan penggunaan dan penyalahgunaan sabu-sabu. Masalahnya,
hanya sedikit orang benar-benar memahami kerugian dari sabu-sabu.
Umumnya orang-orang yang
memakai kombinasi upper dan downer, yakni, speedballing (pemakaian kombinasi
metamfetamin dan heroin) setahu kami, belum menjadi kegemaran di Indonesia.
Metamfetamin sampai ke
jalanan Indonesia pada 1996, dan sejak itu menjadi semakin populer dengan
‘kebudayaan narkoba’. Umumnya sabu-sabu dihisap. Tetapi makin banyak orang
cenderung shoot (menyuntik) sabu-sabu saat ini.
Sabu-sabu, seperti heroin,
dapat dihisap, diendus atau disuntikkan. Sabu-sabu bentuk cairan yang dapat
disuntikkan jarang tersedia di Indonesia, walaupun amfetamin cair mudah
diperoleh. Namun hampir pasti sabu-sabu bentuk cairan yang dapat disuntik akan
segera berlimpah-limpah. Peningkatan dalam penyuntikan yang diakibatkannya akan
meningkatkan risiko dan penyebaran HIV dan virus hepatitis C (HCV)besar-besaran
di seluruh negara.
Kita harus sadar bahwa dunia
saat ini juga berada dalam ‘Kebudayaan Narkoba’. Banyak orang, dengan kelompok
usia dari yang muda hingga orang dewasa dan bahkan lanjut usia, memakai
narkoba, menyalahgunakan narkoba dan ketergantungan pada narkoba. Dan ada hanya
sedikit perbedaan jender dalam dunia narkoba sekarang–perempuan sama terpukul
seperti lelaki.
Sabu jauh lebih
berbahaya dalam beberapa cara daripada heroin (putaw). Penggunaan dan
penyalahgunaan sabu-sabu jangka panjang menimbulkan kerusakan pada susunan
saraf pusat, mengakibatkan depresi dan kelemahan, keracunan pada jantung dan
pembuluh darah, dan sangat sering mengakibatkan paranoia tinggi dan parah.
Kecenderungan depresi sifat bunuh diri sangat umum pada orang yang memakai
sabu-sabu. Overdosis memang terjadi, dan orang memang bisa meninggal dunia
karena sabu-sabu, walaupun putaw masih penyebab utama overdosis narkoba.
Kekerasan dan perilaku
brutal jauh lebih lazim dengan sabu-sabu daripada putaw. Kami mengamati
peningkatan dalam peristiwa kekerasan terkait sabu-sabu di Indonesia saat
ini–dan kami cemas ini akan meningkat secara bermakna pada tahun-tahun
mendatang.
Detoksifikasi dari sabu memerlukan beberapa hari lebih lama daripada putaw. Dalam lingkungan lumayan,
dan dibantu oleh orang yang sungguh-sungguh memahami proses detoksifikasi,
detoksifikasi tahap pertama dari sabu kurang-lebih 5-8 hari.
Peringatan! Detoksifikasi
cepat dengan naltrekson tidak boleh dipakai dengan pecandu sabu-sabu–naltrekson
tidak ada efek pada narkoba non-opioid seperti sabu.
Sabu sekarang dibuat di
Indonesia! Narkoba ini mudah terjangkau di seluruh sistem pendidikan Indonesia,
dari tingkat SLTP ke atas di pulau Jawa. Sabu-sabu sekarang mudah dicari di
hampir seluruh Tanah Air, karena narkoba ini mengikuti jalur perdagangan yang
sama seperti putaw.
0 komentar :
Posting Komentar