Manuel Noriega
Manuel Noriega (Foto:Reuters/Alberto Lowe)
Kehidupan Manuel Noriega layak mendapat porsi tersendiri dalam sejarah dunia. Kisah hidupnya naik turun, datang dari keluarga miskin, kemudian memuncak menjadi pemimpin negara, lalu berakhir dengan kehinaan.
Noriega, mantan diktator Panama, meninggal dunia pada usia 83 tahun pada Senin (29/5) dengan status narapidana. Sejak 27 tahun lalu, "kebebasan" telah hilang dari kamusnya. Dia dipenjara dipindah-pindah, dari Amerika, Prancis, dan berakhir di tanah kelahirannya, Panama.
Pria yang dijuluki "wajah nanas" karena parut di wajahnya akibat jerawat saat remaja ini ditangkap Amerika Serikat dalam invasi ke Panama tahun 1990 atas berbagai kejahatan, mulai dari pembunuhan, pemerasan, hingga penyelundupan narkoba.
Noriega mengatakan bahwa penangkapannya adalah konspirasi Presiden George HW Bush karena dia tidak ingin bekerja sama dengan AS dalam menggulingkan kepemimpinan di Nikaragua. Menurut Noriega, semua kejahatan yang dilakukannya sepengatahuan AS.
Informan CIA
Noriega lahir di San Felipe pada 11 Februari 1934, dibesarkan oleh kawan keluarganya. Noriega kecil dikenal sebagai sosok yang cemerlang, walau hidup di tengah kemiskinan.
Pengagum Mao Zedong, Ho Chi Minh, dan Genghis Khan ini kemudian bergabung dengan militer yang saat itu di bawah kepemimpinan Omar Torrijos. Torrijos menggulingkan pemerintahan Panama pada 1968, dan Noriega ditunjuk menjadi kepala intelijen militer.

Manuel Noriega
Manuel Noriega (Foto:Reuters/Beth Cruz)
Tugas Noriega saat itu adalah memusnahkan para lawan politik Torrijos. Belakangan jasad korban Noriega ditemukan di pangkalan militer Tocumen, disiksa hingga tewas.
Tahun 1970-an, Noriega diam-diam menjadi informan badan intel AS, CIA. Saat itu, AS menjadikan Panama sebagai basis mata-mata untuk negara-negara rival di Amerika tengah, seperti El Salvador dan Nikaragua
Memimpin Panama
Setelah Torrijos tewas dalam kecelakaan udara pada 1981, Noriega naik menjadi pemimpin Panama. Menggunakan kekuasaannya, Noriega membantu kartel narkoba Kolombia, salah satunya Pablo Escobar menyelundupkan kokain ke AS dan mencuci uangnya di bank-bank Panama.
Sebenarnya pejabat AS sudah lama tahu kejahatan Noriega, sejak tahun 1978. Pada tahun 1983, ada 21 tumpukan bukti-bukti kejahatan Noriega yang dipegang AS. Namun AS tidak bertindak karena Panama masih penting bagi AS.
Titik didih hubungan Panama dan AS terjadi pada 1985 ketika Noriega menganulir kemenangan Nicolas Ardito Barletta, presiden pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu selama 16 tahun.

Manuel Noriega
Manuel Noriega (Foto:REUTERS/Panama's Ministry of Government and Justice)
Noriega semakin membuat AS berang dengan memberikan bantuan bagi pemimpin Kuba Fidel Castro dan pemimpin Libya Moammar Khadafi.
Tahun 1988, Noriega didakwa oleh pengadilan AS. Panama juga dijatuhi sanksi berat oleh AS, namun Noriega bergeming. Dia kembali menganulir kemenangan lawannya dalam pemilu.
Puncaknya pada Desember 1989, parlemen Panama memberi gelar Noriega "pemimpin tertinggi" dan menyatakan perang dengan AS. Hal ini memicu Bush memerintahkan invasi terhadap Panama pada 20 Desember 1989 dalam operasi "Operation Just Cause."
Ribuan tentara AS membuat militer Panama bertekuk lutut. Noriega dalam pelarian. Dia kemudian bersembunyi di Kedutaan Vatikan. Dalam rumor yang beredar, Noriega menyamar jadi perempuan saat masuk ke kedutaan itu.
Dia baru menyerah setelah tentara AS mengepung Kedutaan Vatikan pada 1990.
Divonis Puluhan Tahun
Tahun 1992 Noriega divonis 40 tahun oleh pengadilan Florida. Baru menjalani 17 tahun penjara, dia diekstradisi ke Prancis pada 2010 atas tuduhan pencucian uang.

Manuel Noriega
Manuel Noriega (Foto:REUTERS/Panama's Ministry of Government and Justice)
Noriega kemudian diekstradisi lagi ke Panama dan divonis 20 tahun pada 2011. Kembali ke kampung halamannya, Noriega didorong di kursi roda, kepayahan akibat penyakit yang dideritanya.
Tahun 2016 dia menderita tumor otak. Pengadilan pada Januari memutuskan Noriega dipindahkan ke tahanan rumah untuk menjalani operasi pengangkatan tumor.
Noriega meninggal dunia akibat komplikasi yang muncul akibat operasi tersebut.